Nonton Film: Free Guy (2021) Review

Free guy 2021 review bahasa indonesia

Free Guy merupakan film yang menceritakan tentang NPC (Non Playeable Character) yang "hidup" di dalam sebuah game. Game di dalam film ini dinamakan Free City.  Game Free City ini sendiri dibuat oleh sekumpulan anak muda jenius jago pemrograman yang terkumpul di dalam satu perusahaan yang dipimpin oleh Antione.

Game Free City ini kurang lebih mirip dengan GTA (Grand Theft Auto), Saint Row atau game-game sejenis yang mendukung open world dan mempunyai misi. Untuk kalian yang belum paham dengan game GTA, Onishaca jabarkan sedikit ya. Jadi kurang lebih di game ini kita membuat sebuah karakter yang sangat menyerupai anatomi tubuh manusia pada umumnya, dan kemudian kita diberikan misi. Selama di perjalanan, game ini menghalalkan tindakan kriminal seperti tembak-tembakan, perkelahian, pencurian mobil, dan lain-lain. Dengan mencuri atau menembak dan lain sebagainya itu, kita bisa mendapatkan poin, bonus, atau uang. Dan dari perlakuan tersebutlah kita bisa naik level. Yup itu saja keseluruhannya, jika salah tolong komen di bawah karena Onishaca bukan pemain GTA hahaha. 

Open World

Jadi kalau kalian pemain game The Sims 3 yang mendukung open world, game di film Free Guy ini tidak seperti The Sims 3 ya. Karena di The Sims 3 tidak ada kegiatan tembak-tembakan dan mendapatkan bonus setelah melukai karakter lain. 

Untuk yang belum tau open world, open world itu adalah di mana player bisa mengunjungi 'tempat' yang ada di dalam sebuah game tanpa melalui loading untuk memuat isi data 'tempat' tersebut. Jadi misal lingkup yang ada di game itu adalah tampilan yang menyerupai alam bebas seperti di dunia nyata, 'tempat' itu bisa berupa sebuah blok rumah, taman, toko, dan sejenisnya. Jadi paham kan ya? Intinya analoginya open world ini sebuah dunia/daerah yang tidak membutuhkan loading untuk memasuki tempat yang ada di dalam daerah tersebut.

Jadi misal di The Sims 3 kalian bisa ke rumah tetangga tanpa melalui loading screen/memuat data rumah tersebut, sedangkan di The Sims 4 tidak. The Sims 4 tidak mendukung open world jadi kalau kita mendatangi rumah tetangga, akan dihadapkan dengan loading screen. Dan ketika isi rumah tetangga sudah termuat sepenuhnya, untuk kembali ke rumah player utama kita harus menghadapi loading screen lagi. 

Yap, ribet kan? Tapi dari sisi ribetnya ini, sebenernya ada beberapa kelebihan pada game yang non open world. Contohnya menghemat penggunaan memori. Karena semakin luas tampilan game yang kita dapatkan, akan semakin bekerja keraslah komputer kita. Dan tentunya tidak semua orang mempunyai komputer yang mumpuni kan untuk memainkan sebuah game yang diidam-idamkan? Tidak semua orang sempat atau rela ke game center/game net untuk memainkan game yang dicintainya. Dan terlebih lagi jika game itu membutuhkan penyimpanan offline seperti The Sims 4, sangatlah tidak mungkin pula sebuah game center rela menyewakan penyimpanannya untuk pengunjung yang memainkan game-game ini. 

Kembali lagi ke topik open world. Tentunya sistem open world menjadi kelebihan pada game yang memberikan menggambaran 'simulasi dunia' betulan. Apalagi ketika game ini online atau bisa berkomunikasi dengan player lainnya di dalam game itu secara real time. Bayangkan saja jika kita bekerja sama dengan player lain tapi kita sedang tersangkut di loading screen yang lama entah mungkin karena sinyal sedang lemot atau komputer sedang lagging. Ya ... mungkin resikonya kita dipisuhi player lain karena telat datang.

Alur Free City

Untuk alurnya, kita diperlihatkan kehidupan seorang NPC (Non Playable Character) yang bernama Guy (Ryan Reynolds). Ia mulai merasakan kejenuhan dalam kehidupannya. Bagaimana tidak jenuh? Hari demi hari ia melakukan hal yang sama persis dan berulang-ulang.

Mulai dari bangun pagi ia terbangun dengan tampang fresh(polos)nya, kemudian menyapa ikan emasnya, diteruskan memakai baju di lemarinya yang berisi atasan biru dan bawahan hitam semua. Ia sarapan sambil menontin berita, kemudian berangkat ke sebuah coffee shop memesan kopi dengan krim dan gula. Ia terlalu cepat menyeruput kopi sehingga merasakan panas pada lidahnya. Setelah itu ia menyapa seorang Opsir di caffe tersebut sebelum akhirnya pergi ke tempatnya bekerja, yaitu di bank. Di jalan ia menemui player (player sungguhan yang dimainkan manusia) yang mencuri sebuah toko. Ia bersama teman yang satpam bank cuek saja dengan pemandangan seperti itu. Dan di belakang mereka, banyak sekali kriminalitas yang terjadi. Seperti helikopter yang menabrak gedung, tembak-tembakan player asli ke NPC, kebakaran, dan lain sebagainya pokoknya buanyak. Sesampainya di bank, ada sekelompok maupun seorang player manusia yang merampok bank. Sebagai NPC di sebuah game yang sudah disetting seperti itu, Guy dan Buddy si teman satpamnya hanya menunduk santai di tanah dengan tangan terangkat di kepala dan menunggu perampokan selesai dengan sendirinya. Mau mereka diinjak oleh player juga masih pasrah saja karena tau sendiri itu hanyalah game. Jika mereka mati, maka kehidupan mereka akan tereset kembali ke awal cerita kehidupan mereka di game itu. Misal Guy mati saat itu, maka ia akan menemukan kembali dirinya di atas tempat tidur dengan tampang freshnya, kemudian menyapa ikan emasnya, dan seterusnya. 

Di awal-awal film kita melihat ekspresi Guy biasa saja alias flat. Karena bisa dikatakan dia terlahir di sana untuk menghadapi keadaan seperti itu berulang-ulang setiap harinya. Tapi lama-kelamaan, Guy merasakan jenuh dan ingin merasakan hal baru. Dimulai dari Guy yang mengutarakan pada Buddy kalau ia menginginkan bertemu seorang wanita. Dan di jalan, ia bertemu dengan karakter perempuan berkacamata, dan langsung terpesona dengannya. Tentunya ia jarang menemui karakter ini karena dimainkan oleh player manusia sungguhan. 

Di keadaan tiarap bersama Buddy ketika bank di tempatnya bekerja dimasuki oleh perampok, Guy melihat kembali si perempuan pujaannya. Buddy memberi saran bahwa mengejarnya tidak akan berhasil karena perempuan ini menggunakan kacamata. Guy pun berinisiatif untuk merebut kacamata dari seorang perampok. Dengan berbekal keberanian karena tidak punya background sedikitpun dari persilatan maupun bela diri, Guy bergulat dengan perampok untuk merebut kacamatanya. Setelah lumayan babak belur, Guy akhrinya berhasil merebut kacamata dengan si perampok yang tertembak senjatanya sendiri. Perampok mati tetapi Guy menganggapnya hanya tidur karena mengantuk.

Guy kaget setelah memakai kacamata tersebut. Karena melihat lingkungan sekitarnya penuh dengan mencoba hologram mengambang seperti efek di layar televisi. Ia juga melihat karakter berkacamata lain mempunyai nyawa dan berbagai detail lainnya. Ia fokus mengejar karakter perempuan pujaannya yang terus berjalan ke pantai dan Guy berakhir tertabrak Kereta Api.

Keesokan harinya Guy terbangun dan ingin merubah kebiasaannya. Di sebuah coffee shop, ia ingin mengganti pesanan kopinya dari kopi biasa dengan krim menjadi cappucino. Tapi mendadak keheningan terjadi, semua mata orang (NPC) termasuk Missy si penjaga coffee shop tertuju kepadanya, dan ada sebuah tank yang entah dari mana sudah berada di depan coffee shop dengan perlahan memutar arah bidikannya ke Guy. Melihat tank tersebut, Guy segera bilang kepada Missy bahwa ia hanya bercanda dan segera mengambil pesanan kopi biasanya. Dan akhirnya si tank tidak menembakkan meriamnya.

Keesokan harinya ia berkenalan dengan perempuan pujaannya yang bernama Molotov Girl. Molotov Girl sendiri ini adalah karakter yang dimainkan oleh mantan pagawai Antoine. Di kehidupan nyata ia mempunyai konflik dengan Antoine si bos besar/penerbit game itu, dan sedang berjuang untuk memenangkannya. Di dalam game Millie atau Molotov Girl ini sudah level 100an, sedangkan Guy masih level 1. 

Dalam perjalanan film ini, Guy sempat dijadikan buron para creator game dan kota tempatnya hidup akan dihancurkan. Tapi semakin dikejar, semakin si Guy ini merajarela. Bahkan mencuri perhatian player lainnya. Dan membuat Free City semakin terkenal. Tapi dengan semakin terkenalnya Free City tidak membuat Antoine bangga bahkan bertindak untuk menghancurkan server game Free City (yup, diperlihatkan dia memukul server di kantornya menggunakan entah kampak atau apa).

Penilaian

Bagaimana kelanjutan kisah selanjutnya? Apakah Guy si NPC yang tidak mempunyai skill dalam bidang perkelahian itu bisa mengatasi kesenjangan levelnya dengan wanita pujaannya? Apakah Guy yang baik hati itu akan berbuat kriminal seperti player yang biasa mengabaikan NPC demi menaikkan levelnya? Silakan tonton sendiri ya. Worth it banget ditonton apalagi buat kalian yang emang akrab banget dengan dunia pergame-gamean. 

Untuk kalian penyuka genre action, film ini juga banyak actionnya kok, walaupun mungkin di luar kalian kurang tertarik dengan tampilan luar film ini yang mungkin terlihat banyak komedi konyolnya. Muka Ryan Reynolds yang innocent itu emang cocok sih untuk genre komedi tapi komedi yang nggak dibuat-buat lebay. Untuk yang nyari drama romance di sini juga ada sedikit. Walaupun sebenernya romance ini lah yang melatarbelakangi pembuatan si Guy, tapi drama di sini nggak yang ditonjolkan banget. 

Apakah happy ending? Yup Happy Ending. Pokoknya nggak bikin beban sih nonton film ini. Termasuk alurnya juga menurut Onishaca nggak juga bikin beban karena sudah terjelaskan tuntas di sana. Semua efek-efek dan kota yang penuh efek itu nggak terbuang sia-sia/hanya jadi background singkat. 

Apakah ada Free Guy 2? Katanya sih bakal ada ya dan sedang digarap. Kita tunggu saja semoga benar terwujud karena kita semua butuh komedi segar, dan semoga sekuelnya nanti bakal sebagus yang pertama.

Pesan Moral

Untuk pesan moral yang didapat juga bisa dicerna dengan mudah. Seandainya NPC di sebuah game tembak-tembakan adalah seorang manusia, tentunya kita telah berdosa karena selama ini telah mengabaikan keberadaan mereka. Mungkin membunuh mereka tidak akan berpengaruh karena mereka hanyalah 'background' supaya game tampak hidup. Tetapi, emang kalian nggak kasian sama mereka?

Nggak ngerti apa-apa tau-tau tokonya dijarah/dirampok, terus ada yang random ditembak/dibakar. Mungkin itu hanya game ya. Tapi ada nggak sih yang mikir kalo sebenernya main game-game ini kayak simulasi atau melatih supaya kita terbiasa untuk melakukan tindak kekerasan? Syukur-syukur kalau nggak dipraktikin di dunia nyata ya. Kalo pemainnya punya bibit-bibit psikopat gimana? Semoga kalian yang memainkan game-game seperti itu tetap diberi kewarasan ya. Amin.

Mungkin kalian berpendapat Onishaca sebagai pemain The Sims ini terlihat cupu karena menilai game bermisi tembak-tembakan itu berlebihan. Atau terlalu serius menghadapi hidup. Nggak gitu juga ya, tapi kalau trauma liat mayat berdarah di game memang trauma. Jadinya memang kembali ke penilaian masing-masing aja.

Akhir kata, Onishaca mohon maaf jika ada kata-kata yang menyinggung saudara-saudara pemain game sekalian. Terimakasih sudah membaca! 

LihatTutupKomentar