Ini pertama kalinya penulis pengen banget melihara kucing yang bener-bener penulis rawat. Maksudnya bukan kayak kucing kampung yang suka lewat atau numpang makan terus keliaran ga jelas.
Tujuan penulis melihara kucing karena sebelumnya di Jogja ada kucing kampung yang numpang tidur dan makanin tikus. Terus dia ngelahirin bayi kucing (eh ya iya lah). penulis begitu liat bayi kucing langsung jatuh cintrong. Lucu banget banget.
Untuk penampakannya sih standar kucing kampung, induknya loreng-loreng hitam-abu-abu, tapi dominan abu-abunya. Untuk anaknya sendiri ada 3, loreng black kentel, loreng abu-abu ada putihnya dikit, dan terakhir yang unyu banget (maaf bukannya pilih kasih) loreng abu-oranye. Nggak tau dah ini induknya kawin sama kucing mana, kok bisa beraneka gitu, tapi masih dominan abu-abunya sih. Nah dari situ penulis pengen banget miara anak kucing, dan juga buat jadi temen penulis di sini (sini mana? ah udahlah).
Drama Buang-Buang Waktu Beli Kandang
Maka dari itu penulis nyicil beli pritilan tentang kucing terlebih dahulu seperti kandang, pasir + wadahnya, susu kucing, dan keset yang penulis pikir bisa untuk dibuat lemek tidurnya. Untuk kandangnya penulis sempat mencari di google sebelum membeli di sope. Karena penulis lihat ada yang second tapi ukuran lebih besar daripada yang penulis lihat di sope, dengan harga yang lebih murah. Tapi ya begitu, namanya membeli offline lebih ribet daripada membeli online.
Jadi penulis janjian dengan seseorang yang bilang punya banyak kandang kucing di rumahnya, otomatis penulis yang lihat dulu ke rumahnya, karena penulis pikir tidak mungkin dia yang mengantar. Kalau dia mengantar otomatis sudah fix membeli (tapi pada faktanya dia tidak mau mengantar walaupun penulis menawarkan langsung transfer). Ya sudah, penulis OTW ke rumahnya yang ada di komplek IPB. Bagi penulis yang baru ada di Bogor, jelas jalannya termasuk agak jauh. Dan penulis harus sedikit-sedikit penulis harus melihat map.
Tapi saat itu kondisi penulis sedang menggunakan ponsel pinjaman (dengan RAM yang entah berapa itu Semsang J2), sangat terasa sekali lemotnya, apalagi ketika dari membuka WA ke MAP, atau sebaliknya. Ya maklum lah, ponsel jadul. Meskipun mungkin belum jadul-jadul amat, mungkin memang dari pabrikannya bukan dibuat untuk tugas yang berat, ditambah lagi sebenarnya ponsel ini sudah melawati seleksi alamnya sendiri (ada black spot yang tiba2 muncul kalau dipencet terlalu ke dalam untuk screenshot, lalu hilang sendiri kalau didiamkan dalam waktu yang lama). Dan ditambah lagi, baterai ini drain so fast, baterenya cepet banget habis, dan dicas pake power bank juga nggak masuk-masuk.
Oke.
Istifar terus. Alhamdulillah jadi inget pencipta ya kan?
Baru setengah perjalanan, ponsel mati. penulis pun jujur pada penjual kalau ponsel penulis yang sebelumnya terlindas truk (atau apapun itu yang menyebabkan penulis menggunkan ponsel pengganti). Kemudian si penjual bertanya sudah sampai mana. Setelah penulis share lokasi, ponsel is dead. penulis berpikir sepertinya susah untuk maju lagi karena situasi juga hujan. Serta perjalanan masih (menurut penulis) agak jauh, gangnya berbelok-belok. Di situ penulis berhenti sejenak di Indomeret.
Di situ penulis sempat menanyakan keberadaan ATM BRO kepada abang-abang petugas parkir (iya di sini indomere ada petugas parkirnya). Dia menerangkan jalan berbelok-belok dll dll ...haduh. Mana penulis orangnya akhir-akhir itu lupaan, mikir harus pake map deh.
Ya sudah lah hahaha. penulis pulang, tidak jadi ambil uang di dekat area indomaret, dan juga tidak jadi ke rumah si pemilik kandang. Di perjalanan pulang penulis tidak melihat map. Berdasarkan feeling saja. Sempat masuk ke daerah perumahan semi perkampungan padat penduduk sebelum akhirnya penulis melihat gedung tinggi. penulis ikuti gedung tersebut.
Setelah menemukan jalan besar, penulis bertanya pada anak muda sekitaran masih SMA sampai umur 18an. Dia menjelaskan agak beribet tapi penulis tau maksudnya (abisnaya bingung mau nanya sapa coba, gerimis-gerimis gitu jarang yang di pinggir jalan XD).
Oke deh mulai hafal jalan, selanjutnya head to home. Setelah ponsel pinjaman berhasil nyala di rumah dan penulis bisa memakainya dengan tenang, penulis menghubungi si penjual kembali. penulis minta langsung transfer dan dikirim saja karena terasa ribet kalau harus ke rumahnya. Tapi si penjual bilang, sudah ada orang lain yang mau melihat kandangnya. Dan siapa yang cepat dia yang dapat.
Hmm oke. penulis menyerah. penulis beli online saja. Selisih harganya tidak sampai 100ribu, dengan besar kandang yang sedikit lebih kecil daripada punya penjual offline. Jadi tadinya tuh sebelum bener-bener cari di sope, penulis sempat lihat kandang yang toko sopenya di Surabaya, jadi ongkirnya kalo nggak salah 140an. penulis pikir itu yang mengurungkan niat penulis untuk membeli kandang di sope. Tapi setelah penulis benar-benar meneliti kembali, ternyata ada seller dari Jakarta yang menjual kandang yang sama persis. Sikat donk, pake JTR/JNE kargo cuma 25ribu apa kalo nggak salah hahaha.
Itulah, karena penulis memang sedang mengirit, karena penulis baru banget pindahan dari Jogja. Makanya penulis pengen bener-bener neken pengeluaran *LOL.
Start Mencari Kucing
Dalam mencari kucing yang cocok, cara pertama yang penulis lakukan yaitu sama dengan ketika mencari kandang kucing, penulis mencari di google terlebih dahulu. Kemudian penulis mengklik link yang menuju Olx.com.
Pertama yang penulis tuju adalah kucing kampung berbulu hitam beranak 3, tapi tidak tau kenapa anak-anaknya bulunya tidak sehitam ibunya, campur pokoknya. Sebenarnya di sini kami belum mencapai kesepakatan apa-apa, penulis iseng mencari lagi.
Pake di-PHP pula XD
penulis mendapatkan kontak penjual kucing berwajah putih bersih. Awal-awal ketika penulis hubungi orangnya, orangnya friendly sekali. Orang ini sempat bercerita kalau induknya pergi dan kawin lagi. penulis awalnya percaya-percaya saja. Ketika penulis tanyakan alamatnya, dia selalu mengatakan hal lain. Dan akhirnya sudah 3 harian penulis agak paksa dia untuk segera memberikan alamatnya. Dia bilang sedang jualan di luar jadi tidak bisa share lokasi. Dan dia juga berjanji akan COD keesokan hari pukul 10 pagi, atau hari Sabtu.
penulis manut-manut saja, daripada ribet, walaupun sebenarnya dia tinggal bilang saja perumahan apa, seperti si penjual kandang sebelumnya yang hanya memberikan alamat rumah.
Tapi dari situ penulis curhat ke teman penulis. Kata teman, si penjual ini memberikan penulis harapan palsu. Tujuannya semakin penulis terlihat berharap, semakin dia senang (apalah itu semacam kelainan kali ya? Nauzubillahimindalik ._.). Dan teman lainnya memberikan saran agar penulis mencari kucing di grup facebook. Ya sudah akhirnya penulis mencari-cari grup facebook.
Di hari yang sama, jam 9-10 malam penulis hubungi si empunya kucing ini kembali untuk membagikan alamatnya, tapi dia diam. Sampai pagi menjelang jam 10 dia tetap diam XD. Bahkan malamnya penulis iseng menyelamatinya karena berhasil mengerjai penulis XD.
Fix Beli Ga Pake Bacot
Kembali ke grup kucing. Karena sudah disetujui admin grup tersebut, penulis langsung iseng-iseng melihat-lihat. Sempat beberapa kali percobaan tanpa drama kami kurang cocok, akhirnya ada yang cukup cocok dan langsung penulis ambil hari itu juga, sekitar jam 9 pagi lebih. Si empunya bilang jam setengah 11 akan berangkat kerja, jadi penulis cepat-cepat ambil.
Kucing ini cucunya maineecoon. Bukan anaknya maineecoon ya, kalau anaknya jelas masih mahal. Ini cucunya. Jadi maineecoonnya kawin sama kucing kampung. Dari anakan mainecoon + kampung tersebut (ayahnya si kucing yang mau penulis bawa) kawin lagi dengan kucing kampung. penulis pikir tidak apa-apa mendapatkan kucing yang lebih mirip kucing kampung, karena untuk wadah penulis belajar juga.
Walaupun mungkin jika terlihat oleh kawan-kawan dari grup kucing penulis terlihat milih--milih, tapi tidak munafik penulis sebenarnya menginginkan kucing ras yang badannya bisa besar seperti anjing. Tapi penulis lihat kenyataan saja, selain harganya termasuk mahal, penulis juga belum berpengalaman merawat kucing. Jadi waktu itu penulis pikir yang ada dulu saja.
Alhamdulillah, menemukan rumah si pemilik kucing tidak begitu susah. Karena dia ada di rumah temannya yang ada di hampir mulut gang yang di dekat jalan utama. Ketika penulis mampir, mohon maaf ... rumahnya jorok banget ampuuuun :'(. Sampah di sudut rumah nggak dibersihin. Kalo dari luar mah keliatannya bersih-bersih aja ya, tapi dalemnya itu lho! Maaf yah kalo anda yang punya kucing baca postingan ini. Bukan maksud hina rumah itu tapi joroknya itu lho! Sumpah sampe sekarang penulis masih geli.
OKE FOKUS KE KUCINGNYA!
Kucing yang akan penulis ambil ini usianya belum ada 2 bulan. Pemiliknya bilang umurnya genap 2 bulan di tanggal 20an Oktober. Wew sama kayak penulis donk. Di sini kucingnya lumayan aktif, jalan ke sana-sini ketika tidak dipegang. Dan tidak stay minta dipenulisng si pemilik juga.
penulis cuma mikir di situ, sampai rumah harus penulis mandikan atau diapain deh biar nggak kotor-kotor amat ... hii lumayan jijik penulis. Oke deh. penulis ambil. Otw pulang ~~~
Lanjut ke sini ya =>> Melihara Kucing