Haloha! Terinspirasi dari postingan sebelumnya, saya ingin menceritakan pengalaman saya ketika berperjalanan ke Temanggung. Untuk kalian yang penasaran dengan orang-orang di google ke Temanggung lewat mana, saya akan memberitahu rutenya di bawah ini dan mungkin ada curhatan terselubungnya.
Saya motoran ke Temanggung 2x, pertama untuk ketemu (nemuin) temen yang kenal dari tahun 2013, ini nggak pake ke Posong ya. Yang kedua pergi bareng temen masa kecil. Saya akan mulai cerita yang pergi dengan temen masa kecil dulu. Sorry banget, banyak dramanya. Dan tentu saja, untuk rute akan saya terangkan di atas supaya kalian tidak perlu membaca tulisan yang sangat unfaedah bagi kalian :D
Pergi dengan Teman
Rute
Dari Sleman tentunya lewat Jalan Magelang - Muntilan - Mungkid - Murtoyudan - Magelang - Jl Secang, dan akhirnya sampailah kami di rumah salah satu teman di Temanggung.
Sudah selesai ya untuk kalian yang mencari info tentang rute? Oke kalau begitu untuk kalian pergi saja hahaha saya mau mengarang bebas *aduh kenapa jadi ngusir? XD
Berawal dari Gagal Mendaki ke Puncak Gunung Sindoro
Yup, temen 3 orang temen saya ini tadinya pengen banget mendaki ke puncak Gunung Sindoro. Tapi karena suatu sebab, kami tidak jadi berangkat. Padahal saya sudah excited sekali menyiapkan segala sesuatunya untuk mendaki, seperti memilih sepatu, menanyakan tempat persewaan peralatan perkemahan pada teman yang sudah berpengalaman naik gunung, latihan fisik, hingga mencari tau hal yang menyangkut pendakian di Gunung Sindoro. Tapi apa mau dikata, tidak jadi, ya sudah hahaha.
Rute Kami yang Sebenarnya
Dari tempat saya di timur Terminal Concat, saya langsung otw ke rumah teman (K) yang mana adalah teman masa kecil saya, di area Gedongkuning. Kira-kira waktu itu tepat beberapa menit setelah adzan isya, dengan suasana pandemi virus covid-19.
Sampai rumah K, saya minta dia pilihkan saya sandal jepit karena saya tidak punya sepatu untuk mendaki, atau semi mendaki. Maka saya disarankan teman dari teman saya ini untuk menggunakan sandal jepit saja. Ya sudah saya beli, dengan harga kisaran IDR 15.000 an. Kami memang tidak jadi mendaki, tapi rencana teman-teman akan naik ke wisata Posong. Bayangan saya kami akan banyak menaiki jalan naik jadi saya nurut saja membawa sandal jepit.
Atraksi Roda Ban Mobil Menggelinding
Setelah itu kami langsung otw ke kosan teman yang bernama G di kawasan Malioboro. Di jalan kami berdua diperlihatkan sebuah mobil yang roda kiri belakangnya entah bocor atau memang sudah tidak pas dengan porosnya (maaf lupa, pokoknya itu ban harusnya dilepas/udah bahaya banget), jadi jalannya ban itu muter miring ngeri gitu deh.
Karena dipaksa jalan terus sama si pemilik mobil, tidak lama kemudian mur/baut pada ban itu copot. Untung saja pengendara motor di sebelah kirinya cepat menyalib pergi, saya takut ban ini mengenai pengendara di sebelah kirinya.
Saya sempat melambaikan tangan ketika melihat percikan api ringan -yang saya tau tidak ada gunanya- beberapa detik sebelum ban tersebut lepas dari porosnya dan menggelinding ke kiri jalan, hampir menabrak salah satu warung berterpal. Tapi untung saja ada motor yang sedang diparkir menahannya. Jadi ban tersebut menggelinding dan menabrak motor. Beruntung mobil yang bersangkutan tidak kenapa-napa.
K kaget sekali dan bercerita kejadian mobil tersebut adalah kejadian kecelakaan (tapi untungnya tidak ada yang celaka di sini kecuali si mobil tersebut, penumpangnya aman) kedua yang dia lihat hari ini, paginya dia melihat seorang Bapak-Bapak yang saya lupa dia bilang habis jatuh atau tabrakan, beliau bersimbah darah, tapi tidak mau ditolong, dan jalan kaki sendiri untuk berjalan.
Lanjut Pergi ke Temanggung
Sesampainya di kosan G, kami makan dulu dari masakan sederhana buatan G dan S. Setelah mengisi perut, kami otw ke Temanggung sekitar jam 8 malam. Di sini posisi saya yang nyetir motor, jadi tau sendiri lah berapa kecepatannya ... jelas nggak berani ngebut donk -LOL XD. Sedang saja nurutin naik motornya S, S yang mandu jalan lebih dulu.
Baru beberapa menit jalan, di pertengahan Jalan Magelang, tiba-tiba hujan turun mengguyur kami. Setelah menggunakan jas hujan, saya dan K bertukar posisi, jadi dia yang nyetir. Dan seperti yang sudah saya duga, die ngebut donk larinya, eh ngegasnya. Sampe kita sempet beberapa saat nungguin motor S buat nongol ngikutin kita.
Dan alhamdulillahnya setelah beberapa saat mengendarai motor, hujan berhenti. Kami sempat melewati jalan sepi dan tidak melewati jalan alternatif yang 2 hari sebelumnya saya lewati untuk menemui teman 2013 saya.
Singkat cerita kami akhirnya sudah ada di rumah orang tua G yang bertempat di Temanggung, posisinya di perumahan padat, sangat padat sampai gang jalannya kecil.
Kami ngobral-ngabril sedikit kemudian tidur satu persatu. S dan G tidur duluan di dalam kamar. Hingga jam 1 pagi kalau tidak salah saya dan K ada di ruang tamu. Kemudian saya dan K memutuskan tidur di ruang tamu saja. Setelah sampai sekitar jam 2 pagi lebih, saya mendengar ketukan pintu. Saya membangunkan G, kemudian G keluar, membukakan pintu dan menyuruh saya dan K tidur di dalam kamar. Di dalam kamr hanya ada 1 kasur. Tapi ternyata muat kami tiduri berempat. Posisinya G di pinggir tempat tidur (sambil beralaskan+berpelukan dengan boneka besarnya), saya, K, dan ujung kasur satunya S.
Rencana sebelumnya kami berangkat dari rumah G sebelum subuh, kemudian subuhan di luar. Tapi pada praktiknya, sekitar jam 4 kurang, kami memang sudah siap-siap berangkat. Tapi di ruang tamu saya lihat mereka masih ina ini itu, seingat saya, saya yang membuka pintu depan karena sudah tau mau langsung berangkat Mohon maaf jika ada teman yang membaca postingan ini dan melihat saya seperti komplain, sebenarnya tidak komplain, hanya ingin cepat-cepat saja XD
Kemudian keluar dari rumah G, kami mengambil motor yang dititipkan di rumah Paman G. Di sana teman-teman berhenti agak lama sampai adzan meraung-raung memanggil. Saya sendiri belajar dahulu motor S, karena K bilang sama saya untuk coba pakai motor tersebut. Motor S adalah Scoopy 2020, yang saya kira tadinya berat, tapi ketika saya pakai, betul-betul terasa ringan, lebih ringan dari motor saya sendiri XD.
Tapi hingga beberapa menit adzan berkumandang, anak-anak masih saja belum saja beranjak dari rumah paman G. Saya lupa sempat memanggil atau tidak (mohon maaf ini peristiwanya sudah 2 bulan yang lalu XD), yang penting saya akhirnya bersyukur saja akhirnya sudah bisa berangkat.
Selanjutnya kami ke posong melalui perkotaan, bertemu pasar pagi yang sudah menunjukkan adanya tanda-tanda kehidupan, kemudian lanjut ke jalan agak sepi dan menanjak. Mungkin itu pertama kalinya saya naik motor agak naik, ya mirip di puncak bogor tapi cuma beberapa jalan saja yang nanjak. Selama ini saya lebih sering diboncengkan (apa dah jujur banget ._.)
Kami berhenti di masjid, sebelah gank kecil menuju wisata posong. Tapi waktu itu saya dan S (yang satu motor dengan saya) belum menyadari kalau jalannya di situ. Jadi sebelum masjid ada belokan, nah ke situ lah jalan ke wisata posong, bukan ke jalan besar.
Salah Jalan, Terpencar, dan Terputus Komunikasi
Selesai menunaikan ibadah subuh bagi yang menunaikan, kami lanjut jalan. Dan karena saya dan S belum paham mengenai gang ke Posong, S menyetir motor langsung ke jalan besar. Di tengah jalan saya menengok ke belakang, menunggu K dan G. Kami khawatir kok K dan G belum terlihat. Kami takut ada apa-apa. Saya sempat turun dari motor dan berjalan ke menuju arah keberangkatan kami.
Saya agak lama berjalan pelan-pelan ke belakang. Sampai sempat memvideokan keadaan sekitar dan berkirim pesan WA pada teman. Saya sempat menyesali mengapa saya dan S tidak berpisah motor saja, karena K dan G tidak mendapatkan sinyal di ponsel mereka. FYI saya pengguna setia 3, ada 2 nomer 3 saya dan alhamdulillahnya ada sinyal di sana. Lancar jaya. Dan si S menggunakan kartu merah.
Lanjut, beberapa saat kemudian, matahari sudah cukup terlihat, mungkin sekitar jam 5 atau hampir jam 6, K dan G menyusul kami. Kemudian mereka bilang pada kami (saya dan S) kalau kami salah jalan.
Ups maaf hehehe. K dan G menjelaskan panjang lebar bahwa seharusnya tadi kami belok ke sini dan bla bla bla. Bagi mereka, waktu itu K dan G ngomel, tapi bagi saya, ya cuma negur biasa (no buthurt sih maksudnya). K di sini khususnya juga mengomel tentang kebel datanya yang cepat-cepat ia masukkan, yang mengakibatkan tugelnya konektor kabel data tersebut.
Lanjut ke Posong. Untuk tiket masuknya, kami harus membayar biaya masuk sejumlah 20.000 per orang, dan 2000 per motor (kalau tidak salah, apa 3000 ya? maap lupa XD). Saya kira tadinya kami hanya asal naik-naik jalan tanpa ada tiket masuk, ternyata kami memasuki semacam tempat wisata.
Jalan masuk ternyata berbatu gerunjal sepanjang 3 kilometer, tentu tidak bisa ngebut, harus sangat pelan-pelan. Sama sekali tidak ada jalan yang halus atau lumayan-semi-halus. Dalam hati saya mengumpat, mengapa motor saya harus melalui jalan seperti ini? Tapi kemudian saya berpikir, ya sudah semoga motor saya senantiasa tidak apa-apa, demi teman saya ini. Dan saya juga berpikir nanti di Jogja akan langsung servis.
Sesampainya di tempat wisata posong, kami berfoto ria. Ehem maaf, maksud saya teman-teman saya yang berfoto buanyak sekali. Meskipun saya tau saya juga menikmati (tidak begitu terpaksa dengan acara dikit-dikit foto), tapi nampaknya hape saya cukup menahan sedikit kegalauannya. Karena dibilang teman-teman kamera ponsel saya bagus (iya yang jatoh kemarin itu hahaha astafirullah), kami berempat banyak menggunakan ponsel saya untuk berfoto, yang mengakibatkan baterainya cepat habis. Dan apesnya saya lupa membawa kabel charger saya. Sekalipun teman-teman membawa power bank, tapi saya tidak bisa numpang ngecas.
Ya sudah, setelah sekiranya kami selesai dan sedang ngaso sebelum ke parkiran, saya tidak berani mencoba untuk berselancar ke Simbah Google ketika teman-teman ini, terutama K, mencari informasi di google tentang biaya dan jalan ke tempat wisata lain di dekat situ. Jadi nampaknya di lembah Gunung Sindoro tersebut ada beberapa tempat wisata, tidak hanya Wisata Posong.
Jangan Dibaca-Full Curcol
Sambungan di atas, masih suasana ngaso, saya tidak sengaja mengatakan jika K tidak ikut, saya juga tidak ikut. Saya betul-betul lupa apa yang mengakibatkan saya berbicara seperti itu (aduh, kayak lepas tanggung jawab gini ya? XD Tapi kenyataannya memang lupa). Dan saya bilang di situ kalau saya mau ke Bogor.
Kemudian si K berkata, "Ya wes nek arep neng Bogor, jane rasah melu. Ora malah ngeluh."
Saya bingung di sini, di mana mengeluhnya? Kalaupun memang terlihat mengeluh, K seperti tidak berkaca kepada dirinya sendiri kalau mengeluh seperti apa. Bukannya saya tidak mau kalah dengan mengkorek-korek kesalahan orang lain, tapi saya di sini merasa bersalah pada diri sendiri karena tidak pernah mengatainya "mengeluh" ketika dia benar-benar mengeluh XD
Nampaknya K tidak hanya ngambek sejenak dan mengomel belaka. Tidak seperti biasanya, setelah mengomel bisa baik lagi. Ini seperti kebiasaan kami berdua, kadang bisa banyak ngomel tapi biasa saja/tidak begitu marah. Yang ini tidak. K langsung bilang pada teman-teman untuk langsung pulang.
Dari parkiran kami keluar dari area wisata Posong. Yup, melewati jalan bergerunjal kembali. Saya duduk di belakang membonceng G yang mengendari motor saya. Di sana G bilang kepada saya kalau saya tidak ikut, mereka akan tetap pergi bertiga.
What the heck??? Eh gimana sih? XD
Aduh nggak ada gunanya donk saya ada di situ?
Tapi saya skip dulu pikiran buruk saya agar tidak terlalu membuat saya lelah. Saat itu saya minta tolong G untuk bilang ke K agar perjalanannya dilanjutkan saja ke destinasi berikutnya, jangan pulang. Siapa tau kalau G yang meminta akan dituruti K.
Sesampainya di mulut jalan keluar dari Posong, S dan K sudah menunggu. G segera bicara ke K yang saat itu posisinya membonceng S, jadi posisi mereka lumayan dekat ya. G mengajak K untuk pergi ke destinasi lainnya atau menanyakan ke tempat lainnya, saya agak lupa sih obrolannya gimana.
Dan jawaban K tetap sama,"Wes jelas to mau? Bali."
Saya sangat merasa bersalah. Hanya gara-gara obrolan saya mau ke bogor bisa sampai jadi begini. Betul-betul sangat bersalah. Saya tidak tau kapan lagi mereka bertiga bisa ke Temanggung bersama-sama lagi, takutnya tidak akan bisa ke tempat itu dalam waktu yang lama. Mengingat mereka bertiga biasanya sibuk bekerja.
Kami sempat mampir ke Indomaret untuk membeli minuman. Di situ K sama sekali tidak menyapa saya. Bukannya saya ingin disapa duluan ya, tapi dari gelagatnya tidak seperti itu jika tidak sedang marah.
Setibanya di Rumah G -Still Curhat LOL-
Setelah itu kami tiba di rumah orang tua G. K masih tidak menyapa saya. Kami ngaso dulu di teras, dan Ibu G menyambut kami di depan pintu.
Ibu G mengajak kami untuk tidak pulang dulu hari itu (K dan G bilang pada saya di jauh hari kalau sore itu pulang). Kemudian K bilang kalau seandainya tidak ada yang ingin pulang duluan jelas mereka akan terus ada di situ. K, G, dan S libur sekitar 3 hari sampai 1 minggu dikarenakan pandemi. Sedangkan saya hari Senin harus beraktivitas kembali. Tapi bukan maksudnya saya memburu-buru mereka untuk cepat pulang, lagipula waktu itu juga masih pagi sekitar jam setengah 11.
Ibu G menanggapi K dengan mengatakan agar pulangnya bersama-sama saja, tidak perlu ada yang pulang duluan, sambil memandangi saya.
Saya menanggapinya dengan senyum saja waktu itu. Kemudian mereka lanjut mengobrol. K, G, dan S sedang bersaut-sautan membicarakan sinyal. K dan G tidak mendapatkan sinyal di ponsel mereka, sedangkan S separuh sibuk dengan melakukan video call dengan keluarganya.
Karena sinyal ponsel saya lancar jaya, saya sempat menawarkan untuk tathering internet. Katanya si G sih mau, tapi tidak menyambungkan ponselnya ke internet saya, dan tetap mengobrol dengan K memperdebatkan sinyal. Sampai kali kedua saya menawarkan, G bilang kembali mau tapi masih saja belum menyambungkan. Respon K pun tidak mengindahkan perkataan saya dan sama sekali tidak menatap mata saya, seperti tidak mendengar kalau saya menawarkan internet, padahal posisi kami berdekatan sekitar 1 meter.
Ya sudah, saya lanjut chat dengan teman di WA. Sampai K dan G memperdebatkan soal motor, saya tetap diam saja. G mau pergi berbelanja bersama adiknya tapi tidak terbiasa naik motor S. G lebih terbiasa menaiki motor saya.
Sampai akhirnya G bilang pada saya untuk meminjam motor. Dan saya bilang donk,"mbok dari tadi," dengan muka dan ekspresi yang menurut saya netral sekali. Ya mungkin kalo diliat orang bete hahaha.
Kemudian G mulai mengeluarkan motor. Sempat kesulitan mengeluarkan motor saya dari gang sempit depan rumahnya karena posisinya miring. Keliatan jelas body motor mau kegores karena posisinya miring bener-bener nggak bisa masuk gang. Saya bantu sebentar dengan mengangkat bokong motor saya, lalu saya lanjutkan saya sendiri yang mengeluarkan motor saya dari gang yang sangat mepet dengan samping setang motor tersebut.
Saya menulis di atas ini bukan untuk pamer, tapi hanya berpikir ... atau mungkin suudzon juga boleh, kok K tidak membantu atau bilang ke saya ya kalau G sempat kesulitan mengeluarkan motor? Dia ini teman saya loh, bukan baru aja kenal.
Ya udah lah skip. Orang lagi ngambek nggak usah dipaksa deh.
Pake Acara Nyenggol Botol Minum si K
Jadi posisinya kami bertiga di luar, ngga ada yang liat saya nggak sengaja jatohin botol minum K wkwkwk. Jatoh dari pager tembok ke tanah. Tadinya saya cuci pakai air matang (lupa airnya sapa), tapi masih kotor jadinya mau saya bersihin ke keran.
Tapi ini kejadian waktu si G ribet keluarin motor ya. Saya liat ke G dia kesulitan terus saya buru-buru bantu, dan saya tinggal sejenak si botol tersebut. Setelah selesai dengan G, saya kembali lagi ke teras. Di sana saya mendapati K sedang memegangi botolnya dan bertanya pada S, "botol milik siapa yang kotor?"
Saya langsung cepat-cepat meminjam botol K, dan langsung mencucinya di keran.
Nah dari situ K mau mengobrol dengan saya. Tapi to the point saja sih, nggak seperti sebelumnya. Yaitu dia langsung minta dikirimin foto-fotonya yang di hp saya.
Dia minta saya install aplikasi Share It. Sempat salah install karena dia ho-oh ho-oh saja waktu saya perlihatkan aplikasi Share It yang dia maksud (ada yang 5MB ternyata fake dan 30MBan).
Setelah saya sukses install dan bisa menggunakannya (dibantu G dan S karena saya terakhir pakai Share It 2017) kami berkirim foto. K sempat berkomentar fotonya banyak sekali.
Pulang Lagi ke Jogja
Saya kira kami pulang setelah adzan ashar berkumandang. Tapi mereka santai-santai dulu, sampai akhirnya kami mau pulang dibikinkan makanan juga, dan jam menunjukkan sekitar pukul 5 sore.
Eh tapi saya juga santai loh XD ikutin alur aja. Meskipun saya cuma tidur dan berkirip pesan dengan beberapa teman WA. Mulut saya diam aja, sampai rasanya kayak capek sendiri.
Detik demi detik seperti berjalan lambat, ingin saya buat tidur saja tapi tidak bisa. Ya sudah saya sabar menunggu jam pulang. Tidak ada kehangatan lagi dengan K. K mengobrol dengan teman-temannya. Bukannya saya iri, tapi saya tau situasi itu terjadi karena K marah dengan saya.
Tapi ketika akan pulang, K sempat bertanya pada saya, "kowe nesu po? Kok ra ngomong karo aku?"
Respon saya diam aja donk. Padahal jelas-jelas dia sendiri yang tidak mau bersitatap dengan saya.
Balik lagi ke pulang-thing aja ya XD
G mencium kedua orang tuanya dengan sayang. Saya seneng ngeliatnya, bukan sarkas atau satir atau menyindir atau apalah. Habis itu G mboncengin saya deh pulang ke Jogja.
Di tengah jalan kami berhenti di masjid untuk solat maghrib, kemudian G dan saya bertukar posisi di atas motor. Di jalan, G sempat tertawa tak henti-hentinya. Saya bingung, gak mudeng deh dia ngapain.
Ternyata pas kami sudah sampai di kosnya, dia cerita ada cowok yang ngasih jari jempol ditumpuk ke atas telunjuk mbentuk tanda lope ke dia. Makanya dia ketawa nggak berhenti-berhenti di situ. Ciye ciyee hahaha. Oh iya, ini si G emang baik sih. Waktu ibunya nanya kenapa nggak pergi ke tempat wisata lain, dia bilang kalau kondisi cuacanya kurang enak, berawan gitu jadi kurang enak pemandangannya. Hmm entah sayanya keGR-an, tapi yang jelas saya melihat G menghindari pertengkaran (tapi saya jadi tambah merasa bersalah).
Saya merasa perjalanan dari masjid ke kos G termasuk cepat. Lancar saja rasanya. Sesampai di kos G, saya dan K pamit pulang. Saya mengantar K, kemudian pulang.
Tidak perlu ditanya bagaimana rasanya pulang dari rumah K. Mengendarai motor sendiri ... mungkin rasanya seperti keluar dari ruang ujian skripsi dengan dosen penguji yang menjajikan saya nilai A++++.
Hahaha, mohon maaf. Saya sudah kepalang memendam penat karena seharian diam saja. Mengikuti alur saja, paham situasi. Kalau saya liat mood K bagus juga saya luwes saja. Kami berteman lama sekali. Walaupun tidak setiap minggu bertemu, tapi cukup sering bertemu untuk ukuran sesama teman masa kecil.
Sesampainya saya di rumah, K mengirim WA kepada saya untuk mengirim ulang fotonya. Dengan cuek saya langsung kirim saja via WA. Tapi saya pikir saya tidak pernah sih secuek itu. Saya selalu memikirkan bagaimana dia nanti gimana gimananya. Tapi pada saat itu, tidak.
Dan dia mengirim pesan dengan tulisan capslock.
Oke fine -LOL.
Flashback ke Sebelum Berangkat
2 minggu sebelum kami ke Temanggung, K bertanya pada apa saya punya tas gunung. Rencananya dia bilang mau ikut temannya mendaki Gunung Sindoro.
Saya bilang punya tas gunung tapi talinya agak rusak. Lalu saya perlihatkan tas saya. Tapi setelah ngobrol-ngobrol lagi, saya pengen ikut. Dan dia membolehkan.
Kami ngobrol-ngobrol lagi mengenai persiapan peminjaman perlengkapan mendaki seperti tenda, kompor, dan lain-lain. Saya sempat tanya juga ke teman yang hobi mendaki. Di situ baru saya dihadapkan kenyataan bahwa saya bersalah karena tidak berpikir panjang terlebih dahulu.
Apa yang saya pikirkan?
Mulai dari sepatu gunung, jaket tebal, celana training, saya tidak punya semua! Mungkin ada celana olahraga jaman SMA tapi sudah tertimbun entah di mana. Waktu itu saya mencari-cari jaket tebal saya yang berwarna biru, dan beberapa hari kemudian saya ingat kalau jaket itu dibawa teman saya. Saya bilang tidak membutuhkannya lagi.
Belum lagi pengeluarannya? Sewa sleeping bag, tenda, kompor, makanan, dan segala macam? Belum lagi kata K motor saya remnya jadi kurang pakem setelah saya servis, yang mengakibatkan saya berpikir untuk menservisnya kembali.
Saat itu saya juga sedang menabung untuk ke Bogor, tapi kalau pengeluaran saya banyak ... rencana saya pergi bisa tertunda donk?
Tapi untungnya setelah diskusi lagi dengan K, ternyata pengeluarannya tidak sebanyak yang saya kira.
Ketika kami bertemu, K dan saya ketika jogging pagi di hari libur, K bilang jika saya tidak ikut tidak apa-apa. Tapi dia juga tidak ikut. Karena temannya (si G) sudah mengajak teman lain untuk gantian naik motor, jadi pas berempat.
Di situ saya merasa saya an*ing kalau saya tidak ikut. Makanya saya paksa untuk ikut.
Beberapa hari kemudian saya dikabari G kalau kami tidak jadi mendaki, dikarenakan kakaknya sedang tidak bisa ikut mendaki. Jadi ya sudah, rencana mendaki batal. Dan saya tidak perlu pusing memikirkan perlengkapan mendaki.
Tapi kami tetap pergi ke Temanggung, yaitu ke Posong. Kata G pemandangan di situ bagus.
Diramal Hanya Akan Dijadikan Kambing Hitam dan Dimanfaatkan
Tapi entah kenapa, perasaan saya tidak enak. Saya seperti tidak ingin berangkat. Saya gelisah sampai saya menghubungi kembali teman yang pernah memwarning saya. Ini adalah teman dari sebuah game. Sebut saja namanya D.
Di sekitar bulan April, dia pernah mem-warning saya untuk lebih berhati-hati dalam memilih teman. Dia bilang, orang yang saya anggap baik sebenarnya tidak suka dengan saya, sedangkan orang yang saya jauhi sebenarnya sayang dengan saya.
Nah waktu itu (bulan Agustus), saya menghubunginya kembali. Saya tau sih, diramal itu salah, tapi waktu itu saya sudah kepalang resahnya (dan bodohnya tidak mendekati jalan yang benar pula) dan saya curhat kepadanya. Sebenarnya seingat saya, saya tidak minta diramal, hanya curhat dan mengaitkan kembali dengan warningnya dulu yang bilang kalau saya sebaiknya mendekati orang yang care dengan saya. Saya merasa sudah di posisi benar, tapi kenapa saya merasa resah?
Setelah saya curhat, dia mengomel. Dia bilang dia sudah mem-warning saya, tapi kenapa saya masih jatuh di lubang yang sama? BTW dia selalu ngomongnya dengan bahasa yang tersirat ya, tidak pernah menunjuk orang. Jadi itulah yang bikin saya salah sasaran.
Saya kaget donk. Masa iya, si K ini yang tidak suka sama saya? Karena setau saya teman ini care dan santun sekali, sekalipun dia marah karena ada sebabnya. Dia sering memberitahu kondisi rumahnya seperti apa, ada tetangga yang sering memfitnahnya. Jadi saya maklum kalau dia mengeluh pusing dan lain sebagainya.
Saya nanya lagi donk karena merasa kurang jelas, emang teman saya yang tidak suka sama saya itu, 'nggak suka'nya gimana?
Si D bilang nih, kalau teman saya tidak suka melihat saya sukses, maunya melihat saya di rumah saja tanpa potensi apa-apa.
Saya tidak percaya K seperti itu pada saya. Tapi saya pikir ada teman saya yang punya sifat seperti itu pada saya, dan saya berpikir itu bukan K.
Dan kemudian si D ini juga bilang kalau saya ini punya potensi dimanfaatkan.
Tapi sudahlah, waktu itu, yang penting saya positif thinking dulu pada K. Dan untuk ramalan saya dimanfaatkan, saya berpikir seandainya memang ada sesuatu yang bisa saya lakukan dan berguna dengan baik di saya dan juga orang lain, ya sudah lakukan saja.
Dosa Syirik Tidak Bisa Dimaafkan
Jadi untuk kalian yang sudah membaca sampai sini, please dan tolong. Kalian jangan ikut-ikutan saya untuk bertanya pada teman indigo atau teman yang diberi penglihatan mengenai masa depan. Karena saya baru tau kemarin, kalau dosa syirik tidak diampuni (menurut agama saya). Yuk teman-teman, kita bertobat bersama-sama.
Saya sebenarnya gatel sekali untuk ingin tanya lebih lanjut tapi saya harus menahan. Dan waktu itu juga sebenarnya merasa bersalah juga sudah diterawang. Ya campuran antara dari sudah diterawang dan merasa susah memaafkan K. Saya berusaha mendekatkan diri pada agama saya, yang saya pikir sekarang, saya tidak tahu diterima atau tidak.
Nah yang ini mah adem ayem saja. Saya dari Jogja jam 3 lebih ... kayaknya sih jam 4 pas gitu deh. Di jalan sempat kelewatan belokan (saya mau lewat jalan alternatif aja), tapi untungnya sadarnya pas masih belum jauh dari pertigaan.
Sampe alun-alun Temanggung saya solat dulu. Seingat saya kaki saya sakit tapi harus naik motor lagi ke tempat makan terdekat. Ternyata di sana tidak ada WS, dan warung steak lain yang telah saya lihat reviewnya di google pun juga tidak ada yang buka. Alhasil kami harus makan seadanya. Kami belok ke ayam goreng haji slamet, eh malah ada steak-steak-annya. Ya sudah kami pesan itu.
Ketika makanan datang ... hmm. Di luar perkiraan saya. Ternyata sekecil itu hahaha.
Sebenernya di area tempat makan itu ada 2 stand, satunya Bebek Haji Slamet, satunya steak-steak an itu. Tadinya kami pesan steak daging tepung-tepungan ala WS, tapi tidak ada. Adanya cuma ayam itu tanpa tepung pula. Ya sudah kami beli yang itu.
Selesai makan, jam 8 saya pulang. Alhamdulillah lancar sampai rumah, mandikan motor dan mandikan diri sendiri.
Udah gitu aja. Maaf bagi yang sudah membaca sampai bawah sini, ternyata isinya cuma curhatan nggak penting ya? Hahaha. Makasih banyak atas waktunya.