Nonton The Matrix Resurrections

Buat kalian yang pengen baca uneg-uneg saya setelah nonton film The Matrix Resurrections, kalian bisa lompat ke sini. Dan untuk kalian yang pengen liat mini review saya untuk restoran Gokana Teppan & Ramen bisa lompat ke sini.


Bingung Mau Nonton The Matrix Resurrections atau Spiderman No Way Home
Seingat saya, ini pertama kalinya saya nonton ke bioskop lagi setelah terakhir saya nonton itu antara film Breaking Dawn part 2 di tahun 2013 lalu. Saya jadi agak nervous untuk membayangkan menonton di bioskop lagi. Terlebih saya rencana mau nonton sendirian.

Setelah saya fix merencanakan mau nonton Spiderman No Way Home sendirian di mall Botani, di tengah-tengah saya mendadak mengajak saudara saya. Itu kondisi sore-sore ketika saya sedang mengerjakan pekerjaan saya (yang kemungkinan besar saya bekerja sambil melamun dan kenervousan saya berkembang liar di waktu itu). Saya sempat menawarkan saudara saya mau nonton Spiderman atau The Matrix? Saudara saya bilang Spiderman, karena The Matrix horor.

Sehari kemudian saya agak menyesal, karena yang ada di pikiran saya adalah harusnya saya mencoba menonton bioskop sendirian untuk uji mental jomblo. Sempat mencari-cari alasan untuk membatalkan rencana nobar dengan saudara (yang tau temen-temen WA yang bisa liat status saya haduh jahat banget wkwkkw), tapi ketika hari H tiba, saya tetap berangkat bersama saudara.

Sebenarnya awal kami berangkat, kami masih berencana mau nonton Spiderman. Tapi ketika di tempat, saat itu menunjukkan pukul 4 sore kurang 5 menitan. Kami melihat tiket Spiderman untuk pukul 16.15 sudah tidak bisa dibeli. Dan jadwal setelahnya yang paling dekat pukul 17.30. Tapi karena saya nampaknya berhasil meracuni saudara saya untuk menonton The Matrix, makanya dia memilih untuk nonton The Matrix saja yang di jadwal tersedia pukul 17.00

Why The Matrix?
Saya sebenarnya bukan penggemarnya The Matrix banget sih, cuma kagum aja dengan film pertama The Matrix yang tayang tahun 1999. Film tersebut mendapat banyak nominasi serta penghargaan dan ikut mempengaruhi beberapa film setelahnya. Film yang bertemakan masa depan/destopian setelahnya jadi lebih banyak kan? Dan bukankah untuk tahun 1999, efek yang diberikan di film The Matrix sudah sangat memukau? Sorry kalo lebay, tapi faktanya film ini sempat masuk ke box office atau apa yah itu dulu. Ada adegan legend Neo nahan peluru di depannya, atau ketika sedang menghindari peluru yang  lewat di sampingnya, yang mana pergerakan pelurunya dikasih efek keren banget.

Dan akhir-akhir ini memang saya sering memikirkan, bagaimana kalau ada alat yang bisa membuat kita seperti ada di dunia yang betul-betul berbeda dari yang kita rasakan sekarang. Dan ketika di dalamnya kita bisa merasakan scene yang berbeda hanya dengan melewati pintu atau terowongan? Ah lupakan, ini hanya khayalan saya.

Jadi dari alasan di atas ini, sudah cukup membuat saya galau. Mau Spiderman No Way Home atau The Matrix? Kalau mau nonton dua-duanya mau yang mana dulu? Dan akhirnya jelas saya condong ke film yang diperankan oleh Keanu Reeves tersebut.

Mini Review Gokana Teppan and Ramen
Setelah membeli tiket kami mencari rumah makan ini di dalam mall Cibinong City Mall tersebut. Saya memutuskan ke tempat makan ini karena selain saya memang punya kupon diskon, saya juga merasa ingin makan, mengingat sebelumnya saya terakhir makan sekitar subuh.  
Sempat mondar-mandir dari lantai 3 ke lantai 1, di lantai 1 kembali lagi ke lantai 3 karena kata petugas mall restoran tersebut ada di lantai yang sama dengan lantai bioskop. 
Penampakan Gokana Teppan & Ramen di Cibinong City Mall

Menurut si saudara, harga makanan di sini cukup murah. Tanpa menggunakan kupon diskon, harganya sudah terbilang murah untuk ukuran harga makanan di dalam mall. Contohnya untuk Katsu Bento di atas (yang ada nasinya) itu harganya 28ribuan. Dan Beef Curry Ramen yang di mangkuk seharga 32ribuan. 

Katsu Bento berisi Chicken Katsu yang dipotong-potong, potongan gorengan (kayaknya adonan telur), nasi, dan sayur. Rasa ayamnya seperti ayam KFC, teksturnya agak juicy dan terasa berlayer juga.

Untuk ramennya bisa pakai level, saya minta level 1, rasanya tidak begitu pedas. Dagingnya empuk, telurnya setengah matang, sayurnya sedikit, dan mienya banyak, jujur saya tidak habis makan mienya. Dan kuahnya enak banget gaes. Mungkin rasanya agak lebih ke asin, tapi sodara komen enak. 

Dan ini juga pertama kalinya saya makan ramen setelah 2013 (bukan bertepatan habis nonton juga hahaha) saya pesan ramen dan nggak begitu suka rasanya. Seingat saya kuahnya terlalu banyak dan terasa agak hambar di lidah saya, mungkin karena mangkuknya juga besar sekali menyerupai baskom. Itu saja yang saya ingat dan setelah itu saya tidak pernah mencoba ramen lagi. Ada yang makan ramen di depan saya juga nggak kepingin sama sekali.

Jadi Gimana The Matrixnya?
BTW kalian tau kan arti Resurrections? Istilah ini ada di The Sims 4, saya temui ketika akan mengembalikan sim yang sudah mati. 

Oke teman-teman, saya tidak akan memberikan spoiler film The Matrix Resurrections di sini. Karena saya tau banget kalo udah menggebu-nggebu banget buat nonton dan kemudian kena spoiler, bad mood udahan. Saya di sini hanya akan membagikan pertanyaan yang membuat saya penasaran.


1. Nasib anak-anaknya Tiffani gimana? Apa mereka robot juga? Soalnya nggak dikelihatanin.
2.  Kenapa nggak dikelihatanin gimana keadaan dunia real tanpa si dokter yang menciptakan dunia buatan tersebut?
3. Reaksi Niobe gimana setelah tau hasil dari misi tersebut?
4. Seperti yang kalian tau, letak kemisteriusan film The Matrix adalah di dunia real mereka yang dikuasai robot, saya ingin tau bagaimana keadaan seterusnya.

Sepertinya itu saja uneg-uneg dari saya. Takutnya malah jadi spoiler. 

Buat kalian yang belum nonton film ini dan malah tambah bingung dengan uneg-uneg saya, anggap aja saya nggak nulis uneg-uneg tersebut hahaha. 
Ini di atas trailer The Matrix 4 ya gaes, nggak horor kok beneran. Saya malah tertarik nonton lebih jauh karena liat kehidupan Neo atau Thomas Anderson begitu normal seperti kita-kita pada umumnya. Saya berpikir apakah kehidupan di masa itu sudah membaik (dengan bumi yang sudah tidak dikuasai robot), atau itu dunia buatan lagi?

Intinya sih film ini nice lah, spesial effect tentu ada, tapi jangan berharap kayak The Matrix seri pertama ya. Mengingat pemerannya udah tua, terbukti ada salah satu scene yang dia udah nggak bisa terbang. Scene gebuk-gebukan juga banyak, itulah mengapa saya pengen liat film ini di bioskop, supaya lebih enak nonton gebuk-gebukannya. Terlebih temen bilang Spiderman lebih banyak romansanya, lebih tepatnya 60% dari keseluruhan isi film daripada adegan gebuk-gebukannya. 

Buat kalian yang nonton film karena nyari pemerannya ada yang seger nggak, saya kasih tau aja di sini tuh ada cewek yang dandanannya mirip Youtuber Tasha Farasya. Serasa liat dia tembak-tembakan hahaha. Dan cowoknya ada yang mirip Brendon Urie dengan mata yang lebih kecil aja. Saya nulis gini cuma ngasih tau sih, karena temen bilang pemerannya tuek semua.

Untuk yang kurang ngikutin trilogi The Matrix, di sini juga ada cuplikan film sebelumnya. Karena kalian tau sendiri kan, seri terakhir dari trilogi The Matrix dirilis tahun 2003, yang mana hampir 20 tahun dari sekarang. Sudah beda generasi. Anak-anak yang lahir di tahun-tahun itu nggak ngerasain ngehitsnya The Matrix yang iklannya ditayangkan terus di TV (kabel). Belum lagi omongan dari mulut ke mulut kan yang bilang film ini bagus, karena terbukti mendapatkan banyak nominasi awards dan juga menang beberapa. 

Di tahun 1999 ponsel 3310 masih menjadi barang yang mahal, dan sekarang 2021 udah ada smartphone yang layarnya bisa dilipet. Sekitaran 1999-2000 Keanu Reeves dapet musibah yang bikin dia nggak keliatan deket sama cewek lagi selama bertahun-tahun (anak sama tunangannya meninggal), eh sekarang udah keliatan bawa cewek lagi. 

Kok malah jadi inget umur ya? Hahaha. 
LihatTutupKomentar